Dalam laporan PBB (FAO) yang berjudul Livestock’s Long Shadow: Enviromental Issues and Options (Dirilis bulan November 2006), PBB mencatat bahwa industri peternakan menghasilkan emisi gas rumah kaca yang paling tinggi (18%), jumlah ini melebihi gabungan dari seluruh transportasi di seluruh dunia (13%).

PBB juga menambahkan bahwa emisi yang dihitung hanya berdasarkan emisi CO2 saja, padahal industri peternakan juga merupakan salah satu sumber utama pencemaran tanah dan air bersih. Peternakan melepaskan 9 % karbondioksida dan 37 % gas metana (23 kali lebih berbahaya dari CO2). Selain itu, kotoran ternak menyumbang 65 % nitrooksida (296 kali lebih berbahaya dari CO2), serta
64 % amonia penyebab hujan asam

Alarm tanda bahaya dampak pemanasan global berbunyi semakin nyaring. Pola pencairan es di Kutub merupakan salah satu indikatornya. Perubahan demi perubahan melaju dalam hitungan bulan. Tanggal 18 Maret 2008, Jay Zwally, ahli iklim NASA, memprediksi es di Arktika hampir semua akan mencair pada akhir musim panas 2012.Sederet tanda-tanda bahaya yang telah terjadi sebelumnya adalah volume es di Arktika pada musim panas 2007 hanya tinggal setengah dari empat tahun sebelumnya. Es di Greenland yang telah mencair mencapai 19 juta ton. Fenomena terbaru lainnya, pada tanggal 8 Maret 2008 beting es Wilkins di Antartika yang berusia 1500 tahun pecah dan runtuh seluas 414 kilometer persegi (hampir 1,5 kali luas kota Surabaya atau sepertiga luas Jakarta).

Efek domino apa yang membayang bila es di Arktika mencair semua? Mencairnya es di Arktika tidak akan menaikkan level permukaan air laut, melainkan akan mempercepat siklus pemanasan global itu sendiri.
Bila es di Arktika mencair semua, 80% sinar matahari yang sebelumnya dipantulkan akan diserap 95% oleh air laut. Konsekuensi lanjut adalah potensi terlepasnya 400 miliar ton gas metana atau 3000 kali dari jumlah gas metana di atmosfer. Gas metana dapat terlepas akibat mencairnya bekuan gas metana yang stabil pada suhu di bawah dua derajat celcius. Seperti diketahui, gas metana memiliki efek rumah kaca 25 kali lebih besar dari gas CO2. Salah satu skenario yang mungkin terjadi adalah terulangnya bencana kepunahan massal yang pernah terjadi pada 55 juta tahun yang lalu dikenal dengan masa PETM (Paleocene-Eocene Thermal Maximum). Saat itu, gas metana yang terlepas ke atmosfer mengakibatkan percepatan pemanasan global hingga mengakibatkan kepunahan massal.

Bukti geologi lain menunjukkan kepunahan massal juga pernah terjadi 251 juta tahun lalu, pada akhir periode Permian. Akibat terlepasnya gas metana, lebih dari 94% spesies mengalami kepunahan massal. Kematian massal terjadi mendadak karena turunnya level oksigen secara ekstrem.
Membaca fakta-fakta di atas, satu hal yang patut digarisbawahi adalah tenggat waktu yang semakin sempit. Dr. Rajendra K. Pachauri, Ketua IPCC, menekankan bahwa dua tahun ke depan merupakan masa tenggat penting untuk menghambat laju pemanasan global yang bergerak dengan sangat cepat. James Hansen, ahli iklim NASA, mengatakan bahwa kita telah berada di titik sepuluh persen di atas batas ambang kemampuan Bumi mencerna CO2. Artinya, kita telah melampaui titik balik. Pada level saat ini, tindakan yang harus diambil bukan lagi mengurangi, melainkan menghentikan.

Kita butuh kecepatan dan ketepatan membaca masalah hingga dapat memilih solusi yang efektif. Solusi yang mampu berpacu dengan waktu untuk memperlambat laju pemanasan global. Berkaitan dengan ini, dalam konferensi persnya di Paris, 15 Januari 2008, Pachauri mengimbau masyarakat dunia dalam tingkat individu untuk: pertama, jangan makan daging. Kedua, kendarai sepeda. Ketiga, jadilah konsumen yang hemat.

Mengapa “jangan makan daging” berada pada urutan pertama? Fakta berbicara, seperti laporan yang dirilis Badan Pangan Dunia – FAO (2006) dalam Livestock’s Long Shadow – Environmental Issues and Options, daging merupakan komoditas penghasil emisi karbon paling intensif 18%), bahkan melebihi kontribusi emisi karbon gabungan seluruh kendaraan bermotor (motor, mobil, truk, pesawat, kapal, kereta api, helikopter) di dunia (13%). Peternakan juga adalah penggerak utama dari penebangan hutan. Diperkirakan 70% persen bekas hutan di Amazon telah dialih-fungsikan menjadi ladang ternak. Setiap tahunnya, penebangan hutan untuk pembukaan lahan peternakan berkontribusi emisi 2,4 miliar ton CO2.Memelihara ternak membutuhkan energi listrik untuk lampu-lampu dan peralatan pendukung peternakan, mulai dari penghangat ruangan, mesin pemotong, mesin pendingin untuk penyimpanan daging. Mesin pendingin merupakan mata rantai paling tidak efisien energi listrik. Hitung saja mesin pendingin mulai dari rumah jagal, distributor, pengecer, rumah makan, pasar hingga sampai pada konsumen. Mata rantai inefisiensi berikutnya adalah alat transportasi untuk mengangkut ternak, makanan ternak, sampai dengan elemen pendukung lain dalam peternakan intensif seperti obat-obatan, hormon dan vitamin.

Mata rantai lain yang sangat tidak efisien tapi telah berlaku demikian kronis adalah pemanfaatan hasil pertanian untuk peternakan.
Dua pertiga lahan pertanian di muka Bumi ini digunakan untuk peternakan. Sebagai contoh, Eropa mengimpor 70% protein (kedelai, jagung dan gandum) dari pertanian untuk peternakan. Indonesia sendiri pada tahun 2006 mengimpor jagung untuk pakan ternak 1,77 juta ton. Prediksi produksi pakan ternak naik dari 7,2 juta ton menjadi 7,7 juta ton, kata Ketua Gabungan Perusahaan Pembibitan Unggas-Paulus Setiabudi (Kompas, 8 November 2007). Sementara itu, menurut data Indonesian Nutrition Network (INN), setengah dari penduduk Indonesia mengalami kelaparan tersembunyi (16 Sept 2005), sebagaimana yang dikemukakan oleh Menteri Kesehatan DR. dr. Fadillah Supari, SPJP(K).

Tanggal 30 April 2008 lalu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono mengajak segenap bangsa ini untuk bersama saling membahu menghadapi krisis pangan dunia. Akar masalah kelangkaan pangan jika dicermati salah satunya adalah krisis manajemen lahan itu sendiri. Secara matematis, inefisiensi pemakaian lahan pertanian untuk pakan ternak tercermin dari perhitungan kalori yang “terbuang” untuk membesarkan ternak cukup. Pakan yang selama ini diberikan kepada ternak dapat memenuhi kebutuhan kalori 8,7 miliar orang! Berarti masih ada kelebihan kalori untuk 2,1 miliar orang. Sebenarnya tidaklah sulit untuk memahami mendesaknya perubahan pola makan ini, yakni perubahan ke pola makan yang mata rantainya pendek. Perut manusia bisa langsung mencerna kedelai, jagung dan gandum tanpa harus melalui perut ternak terlebih dahulu. Tidakkah beralih ke pola makan bebas daging justru dapat menjadi solusi ketimpangan akses pangan seluruh dunia?
Pertanian untuk pakan ternak itu sendiri merupakan penyumbang 9% CO2 (karbondioksida) , 65% N2O (dinitrooksida) dan 37% CH4 (metana). Perlu diketahui efek rumah kaca N2O adalah 296 kali CO2, sedangkan CH4 adalah 25 kali CO2. Satu lagi masalah industri peternakan yang sangat krusial yakni, inefisiensi air. Sekian triliun galon air diperuntukkan untuk irigasinya saja. Sebagai gambaran sederhana, untuk mendapatkan satu kilogram daging sapi mulai dari pemeliharaan, pemberian pakan ternak, hingga penyembelihan seekor sapi membutuhkan satu juta liter air! Data yang dihimpun Lester R. Brown, Presiden Earth Policy Institute dan Worldwatch Institute, memaparkan dalam bukunya “Plan B 3.0 Mobilizing to Save Civilization” (2008) bahwa karena untuk memproduksi satu ton biji-bijian membutuhkan seribu ton air, tidak heran bila 70% persediaan air di dunia digunakan untuk irigasi.

Jejak emisi gas rumah kaca daging terukur jelas. Dr Rajendra memberi ilustrasi konversi energi untuk memelihara sampai menghasilkan sepotong daging sapi, domba atau babi sama besar dengan energi yang dibutuhkan untuk menyalakan lampu 100 watt selama 3 minggu. Satu kilogram daging menyumbang 36,4 kg CO2, tidak heran bila data dari film dokumenter “Meat The Truth” menyebutkan emisi CO2 seekor sapi selama setahun sama dengan mengendarai kendaraan sejauh 70.000 km.

Penelitian di Belanda (www.partijvourdedi e.en.el) mengungkapkan, seminggu sekali saja membebaskan piring makan dari daging masih 7,6 kali lebih cepat dibandingkan gerakan hemat energi skala rumah tangga dalam setahun.Penelitian paling gres yang dilakukan Prof. Gidon Eshel dan Pamela A. Martin (“Diet, Energy and Global Warming”) merunut kontribusi setiap potongan daging terhadap emisi karbon. Penelitian ini diakui secara ilmiah dan dipublikasikan dalam jurnal bergengsi para ilmuwan Earth Interaction Vol. 10 (Maret 2006). Jumlah gas rumah kaca yang diemisikan oleh daging merah, ikan, unggas, susu dan telur jika dibandingkan dengan diet murni nabati/vegan, ternyata jika satu orang dalam setahun mau mengganti diet hewani mereka ke diet nabati murni/vegan akan mencegah emisi CO2 sebesar 1,5 ton. Lima puluh persen lebih efektif daripada upaya mengganti mobil Toyota Camry ke mobil Toyota Prius hybrid sekalipun yang ternyata hanya mampu mencegah 1 ton emisi CO2.

Objektivitas akan menuntun kita untuk mengakui pola konsumsi daging sebagai kontributor terbesar emisi gas rumah kaca. Pilihan kita tidak banyak, mengingat tenggat waktu yang demikian sempit. Mengutip tulisan Senator Queensland, Andrew Bartlett, bahwa seluruh dunia tidak mesti menjadi vegetarian atau vegan untuk menyelamatkan planet kita, tapi kita harus mengakui fakta-fakta ilmiah ini, bahwa jika kita tidak mengurangi konsumsi produk hewani, kesempatan kita untuk menghentikan perubahan iklim adalah nihil. Menurut Bartlett, tidak ada langkah yang lebih murah, lebih mudah dan lebih cepat untuk dilakukan yang dapat mengurangi kontribusi tiap individu terhadap emisi gas rumah kaca selain memangkas jumlah konsumsi daging dan produk susu dan olahannya.Aksi untuk hemat bahan bakar kita masih banyak bergantung pada fasilitas umum. Upaya yang paling bisa kita lakukan adalah menggunakan kendaraan umum. Namun, sudah menjadi rahasia umum, tidak mudah untuk menggunakan kendaraan umum jika berhadapan dengan kepentingan keamanan, dan untuk ini kita masih bergantung pada kebijakan pemerintah. Aksi hemat energi dalam konteks yang paling ideal bergantung pada teknologi. Sumber energi paling ramah lingkungan yakni tenaga angin, air, dan matahari, masih jauh membutuhkan teknologi dan biaya yang tidak kecil. Butuh waktu yang panjang dan upaya ekstra untuk menggerakkan kesadaran massal untuk hemat energi, hemat listrik, hemat bahan bakar karena harus berhadapan dengan kebiasaan dan perilaku yang telah mengakar.

Mengubah pola makan juga berhadapan dengan kebiasaan yang telah mengakar. Namun, memegang sendok dan akhirnya menjatuhkan pilihan apa yang akan dimasukkan ke mulut kita, sepenuhnya berada di kendali kita. Langsung bisa dilakukan! Jarak antara piring dan mulut kita mungkin hanya sejarak panjang sendok, membalikkan isi sendoknya hanya butuh waktu sekedipan mata, tapi kendalinya ada pada mindset tiap kita. Sejenak, biarkan kepala dingin hadir. Mari dengan mata jernih melihat realitas, mengakui fakta betapa tekanan pola konsumsi daging sedemikian hebatnya pada daya dukung Bumi. Sejenak merasakan beban berat Bumi ini mungkin akan menggeser pilihan kita ke pola konsumsi tanpa daging, pola yang jauh lebih ramah Bumi.

Jadilah Vegetarian...Sumbangsih terbaik yang bisa Anda lakukan untuk membantu mengatasi krisis iklim dunia ^_^.



Apakah Sahabat masih ingat pelajaran biologi ketika SMP dulu??

Sumber energi yang pertama di pakai oleh tubuh adalah karbohidrat.
Karbohidrat adalah energi siap pakai bukan protein maupun lemak!
jadi anggapan bahwa bila kita tidak menkonsumsi daging menjadikan tubuh kita lemas adalah salah.

Pernah dengar nama Carl Lewis? ia adalah atlet lari dunia yang sudah meraih banyak medali dan dia adalah vegetarian. Ketika dia ditanya apa yang menjadi rahasia kesuksesannya dia.

Q: Can a world-class athlete get enough protein from vegetarian diet to compete?
A: "I've found that a person does not need protein from meat to be a successful athlete. In fact my best year of track competition was the first year I eat a vegan diet, my weight is under control,I like the way I look (I know that sounds vain, but all of us want to like the way we look) I enjoy eating more, and I fell great"


ini adalah salah satu contoh dari sekian banyak pelaku vegan yang bisa sukses menjadi atlit dan tidak bermasalah dengan kekurangan energi.

Sungguh mengagetkan ketika saya mendapatkan informasi beserta data-data di negara maju yang kebanyakan pola makannya adalah diet tinggi protein dengan komsumsi daging dan susu yang tinggi di temukan beberapa masalah antara lain penyakit ginjal, kanker dan osteoporosis.
Osteoporosis ??? bagaimana mungkin???
sementara yang kita pahami selama ini adalah minum susu sapi dapat mencegah osteoporosis. itu juga yang selalu di sebutkan terus di iklan- iklan yang menjual produk susu.

"Konsumsi protein hewani dalam jumlah yang tinggi (susu hewani, telur, daging)dalam jumlah yang tinggi dapat menyebabkan ekskresi kalsium dari tulang yang memicu osteoporosis".

Pada dasarnya protein hewani merupakan mineral yang bersifat asam. dan tubuh kita bersifat basa.
Ketika tubuh kita mengalami peningkatan asam yang tinggi ( terjadi penurunan PH) karena asupan protein hewani yang berlebihan maka tubuh kita akan menyeimbangkan dengan mineral yang bersifat basa, dan itu ada pada kalsium dalam tulang kita.Tulang bereaksi terhadap suasana asam dengan melarutkan garam basanya sehingga dapat menimbulkan berkurangnya zat anorganik tulang.

kesimpulanya adalah: protein hewani bersifat asam sehingga menguras kalsium dalam tulang untuk menetralisir. dengan demikian semakin tinggi asupan protein hewani semakin banyak kalsium yang terkuras dari tulang.

saya merekomendasikan susu kedelai sebagai pengganti susu sapi, karena kedelai bersifat basa.


Sumber: ahli gizi Departemen Gizi FKM UI
ahli gizi DRS SUSIANTO MKM
IVS
referensi Buku : chinese study, Prof. Dr Colin Cambell Cornel University USA
Buku : Miracle of Enzyme - Dr. Hiromi Shinya


Mudah mudahan bisa sedikit memberi jawaban atas banyaknya pertanyaan yang masuk ke inbox.Trimakasih.



Bahan -bahan yang di butuhkan
  • 200 gr fillet ikan vegetarian(saya menggunakan Tian Sing Cod Fish bisa di beli di toko yang menjual bahan makanan vegetarian) di potong potong.
  • 6 siung bawang merah iris tipis.
  • 5 siung bawang putih iris tipis.
  • 1 cabe merah besar iris serong.
  • 1 cabe merah keriting iris serong.
  • 4 buah belimbing wuluh/belimbing sayur potong jadi 2 atau 3.
  • 6 atau sesuai selera cabe rawit biarkan utuh
  • 1 ruas ibu jari lengkuas di iris-iris.
  • garam secukupnya
  • micin (saya lebih suka menggunakan sedikit gula pasir sebagai pengganti micin)
  • 1 buah tomat di iris.
  • 1 sendok makan miyak sayur untuk menumis bawang merah.
  • 3 -4 gelas air untuk kuah.
Cara pembuatan:
panaskan minyak, tumis bawang merah sampai harum, sisihkan.
Didihkan air dalam panci, setelah mendidih masukkan semua bumbu-bumbu kecuali tomat.
setelah tercium harum bumbu masukkan fillet ikan dan biarkan masak dan meresap kira kira 15 menit. massukkan tomat iris dan matikan api.
Sup siap di hidangkan panas-panas.




Siapa yang ngak kenal tempe, makanan asli Indonesia yang sangat populer di segala kalangan.
Rasanya yang gurih, dan enak serta bisa diolah menjadi segala macam masakan menjadikan tempe faforit untuk hidangan sehari hari baik untuk lauk maupun kudapan.
Seperti yang kita ketahui tempe di produksi dari kacang kedelai masak dengan menginokulasinya dengan jamur Rhizopus oligosporus. Jamur ini kemudian tumbuh menghasilkan mycelium yang akan mengikat butir-butir kacang kedelai.
Siapa sangka tempe ternyata mengandung senyawa yang berperan aktif memerangi kanker. Salah satu yang paling populer adalah genistein. Genistein dapat bersifat protektif secara maksimal karena mengintervesi langsung proses enzimatis yang di perlukan untuk pertumbuhan maupun perkembangan kanker. Dengan demikian ginestin antara lain dapat menghambat pembuluh darang yang dibutuhkan untuk pertumbuhan tumor dan mengubah sel kanker menjadi sel normal. Seperti isoflafon lainnya, genistein juga bersifat antioksidan sehingga dapat mengurangi atau bahkan mencegah terjadinya kerusakan sel yang dapat memicu proses kanker.
Dan hebatnya lagi tempe mengandung asam amino komplit dan lengkap yang di butuhkan lengkap oleh tubuh kita. serta terdapat Vitamin B12 yang selama ini menjadi kekhawatiran para vegetarian.

hmmm..... tunggu apa lagi, kita makan tempe setiap hari yuuuk ^_^

Sahabat pasti sudah sering mendengar tentang kata yang satu ini. "Vegetarian"

belakangan malah kata ini sering muncul baik di media cetak atau elektronik.
menjamurnya tempat makan vegetarian dan bahkan sudah ada beberapa supermaket yang menjual bahan bahan masakan vegetarian.
Mungkin di antara teman, saudara atau tetangga Anda ada juga yang mangaku bahwa ia adalah vegetarian.

Apa sih Vegetarian itu ???
Secara singkat Vegetarian adalah pola makan yang berbasis pada tumbuh-tumbuhan, yang berarti tidak mengkonsumsi semua yang berasal dari hewan.

Mengapa Vegetarian???
Setiap orang mempunyai alasan yang berbeda beda , mengapa mereka menjalani gaya hidup ini. naah ini adalah beberapa di antaranya:

Kesehatan:
Ilmu kedokteran moderen telah membuktikan betapa sehatnya pola makan vegetarian. sebaliknya semakin banyak penelitian yang mengaitkan konsumsi daging dengan penyakit-penyakit yang mematikan pada manusia.
Badan-badan gizi dan nutrisi terbesar di duniapun semakin banyak yang menganjurkan pengadopsian diet vegetarian.

Lingkungan:
Taukah Sahabat bahwa telah di temukan fakta fakta oleh para peneliti yang membuktikan bahwa pola makan vegetarian menghemat sumber daya alam dan lingkungan dengan signifikan, dan bahkan merupakan langkah terbaik yang dapat di ambil seorang individu dalam menghentikan pemanasan global. Wow keren kan... ^_^
Dalam buku Kick the Habit (2008) tentang penggunaan emisi yang di terbitkan UNEP (United Nations Environment Programe - Badan koordinasi program lingkungan yang di miliki PBB)
di laporkan bahwa perbedaan polusi karbon dioksida yang di ciptakan pola makan daging dengan vegan dapat mencapai 35 kali ! dengan melakukan kalkulasi sederhana, satu miliar orang ber-vegan saja dapat mengurangi emisi karbon dioksida hingga lebih dari 6,5 triliun ton per tahun.

Etika /moral:
konsumsi daging terkait dengan masalah krisis pangan yang terjadi di dunia. Juga merupakan kontributor masalah sosial ekonomi yang di akibatkan oleh kerusakan lingkungan.

Ada beberapa jenis Vegetarian.
LACTO VEGETARIAN: tidak mengkonsumsi semua produk hewani, kecuali susu.

OVO VEGETARIAN: tidak menkonsumsi semua produk hewan kecuali telur.

LACTO-OVO VEGETARIAN: tidak menkonsumsi semua produk hewani kecuali telur dan susu.

VEGAN: tidak mengkonsumsi semua produk hewani, termasuk susu dan telur.
lebih jauh lagi Vegan adalah gaya hidup, sehingga seorang vegan juga menghindari pakaian, kosmetik dan prodik-produk lain yang berasal dari hewan.
Vegan sering kali di anggap sebagai gaya hidup yang ekstrim, tetapi alasan utama para vegan memilih pola hidup yang satu ini adalah keinginan tulus mereka untuk menghentikan kerusakan alam dan lingkungan, ataupun praktek kekejaman hewan yang terjadi akubat konsumsi produk hewani tersebut.

Bagaimana memulainya???

Bervegetarian tidak sesulit yang anda bayangkan. Ada begitu banyak alternatif makanan pengganti daging yang dapat sahabat nikmati dan rasanya juga nggak kalah enak lho.
yang anda butuhkan hanyalah kemauan dan keberanian untuk mencoba hal baru, serta tambah kreatifitas untuk menciptakan menu baru.
Sahabat bisa mencari sumber informasi mulai dari buku, internet, teman, maupun blog ini ^_^

Indonesia kita kaya dengan makanan nabati bergizi tinggi yang telah mendapat pengakuan banyak dari dunia internasional seperti tahu dan tempe misalnya.

Saat ini kita hidup di masa yang paling tepat untuk bervegetarian. Untuk kesehatan sahabat semua, untuk anak cucu,dan untuk planet Bumi beserta Isinya.

Selamatkan Bumi Kita, Lakukan penghijauan dan jadilah Vegetarian.


salam damai selalu

Niken Ayu.

About this blog

Pengikut

YUK BERBAGI INFO VEGETARIAN's Fan Box